Seorang nenek tiba - tiba berhenti di depan pintu gerbang sebuah bangunan komplek pendidikan, kemudian masuk ke halaman sebuah TK yang penuh dengan beragam alat permainan khas anak - anak TK. Nenek itu kemudian duduk di tempat duduk yang sengaja dibuat oleh pengelola TK tersebut, yang mana tempat duduk itu difungsikan untuk para guru / orang tua yang ingin mengawasi aktifitas anaknya yang sedang bermain. Nenek itu duduk terdiam dan kelihatan seperti termenung. Hal itu terlihat dari kernyitan dahinya yang sudah keriput di makan usia dan penuh guratan - guratan lukisan kehidupan keras yang ia lalui. Tak ada yang berani mendekati nenek itu, meski ia sering kali datang dan duduk di tempat bermain tersebut.
Hingga suatu ketika, sekelompok anak - anak perempuan berpakaian jubah (abaya) lengkap dengan jilbabnya yang menjulur menutupi tubuhnya hingga di bawah panggul mereka, yang ternyata penghuni komplek pendidikan itu menghampiri si nenek. Tak lama kemudian mengalirlah pembicaraan dari mereka. terkadang si nenek tersenyum kecil sambil terus memperhatikan gadis - gadis remaja di depannya. Tiba - tiba datang seorang anak kecil usia TK dengan mengenakan baju sederhana serta memakai jilbab yang cukup besar jika dibandingkan umurnya. Anak kecil itu mengulurkan tangan mungilnya yang ternyata ada sebungkus juice buah di genggaman si kecil. Melihat anak kecil itu tiba - tiba menghulurkan sesuatu ke arahnya, si nenek menghentikan pembicaraannya dengan gadis - gadis remaja di depannya. Pandangannya berganti lekat mengarah kepada anak kecil itu sambil kemudia tersenyum dan menyambut uluran tangan anak kecil itu seraya berkata, : "terima kasih nak, anak cantik yang pinter...". Bersamaan dengan meluncurnya kalimat itu dari bibirnya, meluncur pula buliran air bening nan jernih dari sudut matanya.
Si Kecil yang tak mengerti mengapa si nenek mengalirkan airmata bersegera berlari menghampiri ibunya yang ternyata menunggu dan mengawasi si kecil dari teras rumahnya. Si kecil itu kemudian bertanya pada ibunya: "Bu, koq si mbah dikasih minum malah menangis? Kenapa Bu? Memang adik salah apa sama si mbah?" Si ibunda yang mendengar berondongan pertanyaan dari gadis mungilnya hanya tersenyu lalu memeluk gadis mungilnya itu. Ia pun menjawab: "Adik, adik ga salah apa - apa koq. Malah adik anak yang hebat dan sholihah. Mungkin mbah itu menangis karena dia kangen sama cucu atau anaknya begitu si mbah lihat anak pinter seperti kamu ...".
Kembali kepada si nenek itu. Para remaja putri itu menjadi bingung melihat perubahan sikap si nenek, hingga karena tidak tahan melihat si nenek itu, salah seorang dari mereka bertanya dengan lembut kepada si nenek,: " Nek...., ada apa nek? Nenek sakit? Nenek ada masalah? Maaf nek, saya lancang bertanya...". Mendengar pertanyaan salah satu gadis di depannya si nenek pun menjadi tersipu dan kemudian reflek mengusap air mata yang mengalir cukup deras di pipi keriputnya, kemudia menjawab: "Ah ga papa nak. Nenek ga papa. Nenek baik - baik koq...". "Tapi mengapa nenek menangis?", meluncur pertanyaan berikutnya dari gadis yang lain. Nenek itu menjawab: "Bener nak, nenek tidak apa - apa. Nenek hanya sedikit bersedih saja melihat kalian dan juga anak kecil yang ngasih nenek ini tadi..", sambil ia tunjukkan sebungkus juice dingin di tangannya. "Lho mengapa nenek sedih melihat kami? memang kenapa dengan kami dan adik kecil kami tadi nek?" sambung gadis disebelah paling ujung kanan. "Ga papa nak, nenek sedih karena nenek tidak bisa seperti kalian. Nenek .... nenekk ... nenekkk sudah tua .... tapi nenek belum pernah mengenakan pakaian seperti kalian. Nenek takut ... takut sekali ... Nenek jadi sadar kalau nenek sudah dekat dengan kematian nenek. Tapi perintah Alloh untuk berpakaian seperti kalian belum juga nenek laksanakan ... Astaghfirullohaladzim .... astaghfirullohaladzim...astaghfirullohaladzim.... Bagaimana dengan tubuh nenek ini nanti nak ... nenek takut kalau nanti di kubur, di akhirat nanti tubuh nenek hancur karenanya dan tidak dikenali lagi oleh siapapun, meskipun itu keluarga, anak cucu nenek.... Pasti Alloh akan sangat murka sama nenek .... nenek sudah terlambat nak ....". Lepas lagi tangis nenek itu, kali ini semakin deras air matanya dan semakin kuat tubuhnya bergetar karena tangisnya.
Gadis - gadis itu cuma diam. Masing - masing hanyut dengan pikirannya. tidak ada yang bicara. tidak ada yang berani menjawab atau menyela perkataan nenek itu yang ternyata terus mengulang - ulang kalmat kesedihannya tersebut. Semua diam, semua terpaku, semua membatu. TERMASUK MUNGKIN ANDA yang membaca kisah ini. Berharaplah nenek itu bukan gambaran dari IBU atau NENEK kita atau SAUDARA PEREMPUAN KITA atau keluarga kita yang lain.
Kisah renungan dari kedatangan nenek - nenek yang hampir setiap minggu sekali singgah di taman bermain kampus Darul Madinah.
MUSIC.COM
Create a MySpace Music Playlist at MixPod.com
Senin, 13 Februari 2012
Kisah di suatu siang di Darul Madinah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
buat renungan diri sendiri
Posting Komentar