Sesungguhnya kehidupan di dunia ini adalah nyata. Begitupun kehidupan setelahnya juga nyata. Persoalannya hanyalah kita belum mengalami kesemuanya. Mengapa banyak dari manusia ingkar? Karena memang mereka diuji oleh Alloh dengan keduanya. Sejauh mana usaha/ikhtiar dan mujahadah kita untuk bisa mengerti hakikat kehidupan ini, maka kita akan dimudahkan untuk menemukan dan meniti jalan lurus itu.
Dari Ibnu Umar radhiallahu
'anhuma, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memegang
pundakku, lalu bersabda : Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang
asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata : “Jika
engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di
waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu
sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”.
[Bukhari no. 6416]
|
Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf
dalam syarah Bukhari berkata bahwa Abu Zinad berkata : “Hadits ini bermakna
menganjurkan agar sedikit bergaul dan sedikit berkumpul dengan banyak orang
serta bersikap zuhud kepada dunia”. Abul Hasan berkata : “Maksud dari Hadits
ini ialah orang asing biasanya sedikit berkumpul dengan orang lain sehingga dia
terasing dari mereka, karena hampir-hampir dia hanya berkumpul dan bergaul
dengan orang ini saja. Ia menjadi orang yang merasa lemah dan takut. Begitu
pula seorang pengembara, ia hanya mau melakukan perjalanan sebatas kekuatannya.
Dia hanya membawa beban yang ringan agar dia tidak terbebani untuk menempuh
perjalanannya. Dia hanya membawa bekal dan kendaraan sebatas untuk mencapai
tujuannya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap zuhud terhadap dunia dimaksudkan
untuk dapat sampai kepada tujuan dan mencegah kegagalan, seperti halnya seorang
pengembara yang hanya membawa bekal sekadarnya agar sampai ke tempat yang
dituju. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini
hanyalah membutuhkan sekadar untuk mencapai tujuan hidupnya.
Al ‘Iz ‘Ala’uddin bin Yahya bin Hubairah berkata : “Hadits ini menunjukkan
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menganjurkan untuk meniru
perilaku orang asing, karena orang asing yang baru tiba di suatu negeri
tidaklah mau berlomba di tempat yang disinggahinya dengan penghuninya dan tidak
ingin mengejutkan orang lain dengan melakukan hal-hal yang menyalahi kebiasaan
mereka misalnya dalam berpakaian, dan tidak pula menginginkan perselisihan
dengan mereka. Begitu pula para pengembara tidak mau membuat rumah atau tidak
pula mau membuat permusuhan dengan orang lain, karena ia menyadari bahwa dia
tinggal bersama mereka hanya beberapa hari. Keadaan orang merantau dan
pengembara semacam ini dianjurkan untuk menjadi sikap seorang mukmin ketika
hidup di dunia, karena dunia bukan merupakan tanah air bagi dirinya, juga
karena dunia membatasi dirinya dari negerinya yang sebenarnya dan menjadi tabir
antara dirinya dengan tempat tinggalnya yang abadi.
Adapun perkataan Ibnu Umar “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau
menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore”
merupakan anjuran agar setiap mukmin senantiasa siap menghadapi kematian, dan
kematian itu dihadapi dengan bekal amal shalih. Ia juga menganjurkan untuk
mempersedikit angan-angan. Janganlah menunda amal yang dapat dilakukan pada
malam hari sampai datang pagi hari, tetapi hendaklah segera dilaksanakan.
Begitu pula jika berada di pagi hari, janganlah berbiat menunda sampai datang
sore hari dan menunda amal di pagi hari samapi datang malam hari.
Kalimat “pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit” menganjurkan agar
mempergunakan saat sehatnya dan berusaha dengan penuh kesungguhan selama masa
itu karena khawatir bertemu dengan masa sakit yang dapat merintangi upaya
beramal. Begitu pula “waktu hidupmu sebelum kamu mati” mengingatkan agar
mempergunakan masa hidupnya, karena angan-angannya lenyap, serta akan muncul
penyesalan yang berat karena kelengahannya sampai dia meninggalkan kebaikan.
Hendaklah ia menyadari bahwa dia akan menghadapi masa yang panjang di alam
kubur tanpa dapat beramal apa-apa dan tidak mungkin dapat mengingat Allah. Oleh
karena itu, hendaklah ia memanfaatkan seluruh masa hidupnya itu untuk berbuat
kebajikan. Alangkah padatnya Hadits ini, karena mengandung makna-makna yang
baik dan sangat berharga.
Sebagian ulama berkata : “Allah mencela angan-angan dan orang yang panjang
angan-angan”.
Firman-Nya : “Biarkanlah mereka (orang-orang kafir) makan dan bersenang-senang
serta dilengahkan oleh angan-angan, maka kelak mereka akan mengetahui
akibatnya”. (QS. 15 : 3)
Ali bin Abu Thalib berkata : “Dunia berjalan meninggalkan (manusia) sedangkan
akhirat berjalan menjemput (manusia) dan masing-masingnya punya penggemar,
karena itu jadilah kamu penggemar akhirat dan jangan menjadi penggemar dunia.
Sesungguhnya masa ini (hidup di dunia) adalah masa beramal bukan masa
peradilan, sedangkan besok (hari akhirat) adalah masa peradilan bukan masa beramal”.
Anas berkata bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah membuat beberapa
garis, lalu beliau bersabda : “Ini adalah mannusia dan ini adalah
angan-angannya dan ini adalah ajalnya ketika ia berada dalam angan-angan
tiba-tiba datang kepadanya garisnya yang paling dekat (yaitu ajalnya)”.
Hadits ini memperingatkan agar orang mempersedikit angan-angan karena takut
kedatangan ajalnya yang tiba-tiba dan selalu ingat bahwa ajalnya telah dekat.
Barang siapa yang mengabaikan ajalnya, maka patutlah dia didatangi ajalnya
dengan tiba-tiba dan diserang ketika ia dalam keadaan terperdaya dan lengah,
karena manusia itu sering terperdaya oleh angan-angannya.
Abdullah bin Umar berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melihat
aku ketika aku dan ibuku sedang memperbaiki salah satu pagar milikku. Beliau
bertanya:
‘sedang melakukan apa ini wahai Abdullah?’
Saya jawab : ‘Wahai Rasulullah, telah rapuh pagar ini, karena itu kami
memperbaikinya’. Lalu beliau bersabda : ‘Kehidupan ini lebih cepat dari
rapuhnya pagar ini’.
Kita memohon kepada Allah semoga kita dirahmati dan dijadikan orang yang zuhud
terhadap kehidupan dunia dan menjadikan kita bersemangat mengejar apa yang ada
di sisi-Nya dan menjadikan kita memperoleh kesenangan di hari kiamat.
Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Dermawan, Maha Pemurah, Maha Pengampun
dan Maha Belaskasih. Wallahu a’lam
Disarikan dari Al Arbain Nawawi.
|
0 komentar:
Posting Komentar