Pendidikan berbasis tauhid adalah salah satu ide besar Hidayatullah dalam berbagi solusi pendidikan Islam dalam mempersiapkan generasi Islam masa depan. Sehingga diperlukan sebuah identitas yang jelas dalam eksistensinya. Ada pilar - pilar penumpu pendidikan tauhid, yang mana di dalamnya dikembangkan sistem nilai sebagai
berikut sebagai pilar dasarnya:
MUSIC.COM
Create a MySpace Music Playlist at MixPod.com
Selasa, 24 April 2012
Pilar - Pilar Pendidikan Berbasis Tauhid
1. Berpegang Teguh Pada Nilai-nilai Tauhid
Siswa/siswa
harus memiliki kesadaran sebagai hamba dari Al Khaliq, makhluk dari
Sang Pencipta, dan posisi manusia yang dibekali akal oleh
Allah SWT, dilebihkan dari yang lain. Konskuensi dari kesadaran itu,
setiap individu yang ada memiliki pemahaman bahwa setiap aktivitasnya
diatur oleh yang Maha Mengetahui, yaitu Allah
SWT. Dari pemahaman ini diharapkan pula santri-santri yang dihasilkan
memiliki landasan keimanan yang kuat yang dihasilkan/terlahir dari
proses berpikir secara jernih dan mendalam.
Dengan budaya ini, maka tindakan-tindakan harian/perilaku sehari-hari akan mencerminkan dan dilandasi nilai-nilai keimanan/tauhid sebagai penampakan pemahaman wajibnya terikat pada aturan Sang Pencipta.
2. Ketaatan Yang Tinggi (budaya Sami’na wa atho’na)
Implikasi
dari tingkat keimanan yang kuat dan keterikatan dengan syari’at Allah
SWT adalah ketaatan yang tinggi. Baik ketaatan pada Allah SWT, seruan Rasul-Nya, Ulil Amri yang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, maupun ketaatan pada pimpinannya. Ketaatan ini bisa dipahami sebagai wujud kepercayaan dan pengabdian seseorang kepada sesuatu yang di luar dirinya sesuai dengan aturan-aturan Allah
SWT. Dalam prakteknya, konsep ketaatan ini akan terwujud dalam
kehidupan sehari-hari siswa/siswa seperti ibadah, pakaian, tingkah laku,
proses belajar mengajar, ujian, termasuk ketaatan pada pimpinan dan
aturan-aturan pesantren.
3. Ukhuwah Islamiyyah dan silaturrahim
Sifat khas dari kaum muslimin adalah tertanamnya semangat dan nilai-nilai ukhuwah Islamiyyah
yang tinggi pada mereka. Nilai-nilai ini juga akan ditanamkan pada
siswa i sebagai wujud proses penyadaran bahwa mereka adalah bagian dari
kaum muslimin yang harus mengetahui apa itu Ukhuwah dan Ukhuwah Islamiyyah.
Semangat Ukhuwah Islamiyyah
muncul dalam sikap saling membantu dalam kebenaran dan taqwa dan tidak
saling bantu dalam kejahatan dan dosa, serta saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran.
4. Kerja Keras (mujahadah dan sa’I)
Saswa/siswa
diharapkan memiliki semangat untuk bekerja keras dan semangat pantang
menyerah. Semangat ini perlu ditanamkan sejak dini sebagai upaya untuk
mendidik para siswa/siswa agar mereka siap untuk mengadapi
realitas/kenyataan hidup di masa depan, tantangan-tantangan,
hambatan-hambatan, dan segala macam problema hidup yang akan ditemui.
Semangat ini dilandasi dari sirah Rasul dimana Rasul sangat senang dan
memuji para shahabat yang telapak tangannya keras sebagai wujud kerja keras mereka. Jadi etos kerja harus menjiwai semangat hidup para santri.
5. Belajar terus (budaya Iqro’)
Sebagai seorang muslim kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan adalah mencari ilmu, baik ilmu yang termasuk fardhu ‘ain
(tsaqofah Islam), maupun ilmu yang termasu fardhu kifayah (ilmu
kehidupan). Yang pertama diperlukan seorang muslim agar menjadi orang
yang kuat imannya dan tinggi keshalehannya. Sedang
ilmu yang kedua diperlukan untuk meraih kemajuan material bagi diri dan
masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas kekhilafahan. Sikap kecintaan dan kegairahan menuntut ilmu harus menjiwai setiap siswa.
Untuk itulah siswa harus memiliki konsep-konsep dasar keilmuan yang cukup sebagai pilar rujukan dari masyarakat. Dalam hal keilmuan ini tentu tsaqofah Islam harus menjadi pemahaman yang lebih dari ilmu-ilmu yang lain. Artinya pemahaman tentang tsaqofah
Islam dalam segala aspek akan menjadi modal yang sangat potensial dan
cemerlang untuk proses interaksi dan perubahan tatanan masyarakat sesuai
syari’at Islam.
6. Perjuangan dan Pengorbanan (Jihad dan hijrah)
Yang tidak
pernah lepas dari para shahabat Rasul adalah semangat juang dan
semangat tempur yang tinggi dalam membela Islam. Semangat juang ini juga
akan menjadi semangat para santri/siswa dalam kehidupan sehari-hari. Santri/siswa harus memilki kesadaran bahwa Islam memerlukan perjuangan, kerja keras dan pengorbanan. Semangat
untuk berjuang juga ditanamkan dari sisi bahwa mereka akan terjun
dengan kehidupan nyata yang sangat keras, jahiliyah, dan brutal, untuk
itu para santri/siswa ditanamkan untuk selalu memiliki semangat
perjuangan yang tinggi dan pantang menyerah.
7. Keikhlasan
Sebagai
seorang muslim, sudah selayaknya seorang santri/siswa memiliki
sifat-sifat yang mulia seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasul SAW. Salah satu sifat yang selalu dicontohkan oleh Rasul adalah sikap ikhlas. Sikap ikhlas ini merupakan salah satu syarat supaya amal diterima oleh Allah SWT.
8. Kejujuran (Shidiq)
Sifat dan karakteristik yang juga harus
dimiliki oleh santri adalah sifat jujur. Jujur bukan semata-mata norma
yang berlaku di masyarakat, namun sikap jujur yang memang dilandasi oleh
perintah syara’. Sifat ini akan menanamkan image
dan pandangan pada masyarakat bahwa santri/siswa yang dihasilkan memang
orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan pandangan
Islam. Dari sikap ini akan muncul kepercayaan
dari masyarakat, sikap simpati, dan kerjasama berlandaskan kejujuran
sebagai salah satu landasan moril yang ada di masyarakat.
9. Kemandirian dan Ulet
Siswa/santri dibekali dengan semangat dan tekad untuk memiliki kemandirian dalam hidupnya. Artinya
dalam menghadapi segala permasalahan hidup sangat ditekankan untuk
bersikap dan berbuat semaksimal dan seoptimal mungkin dengan kekuatan
dan sumberdaya sendiri. Selama siswa/santri sendiri mampu mengatasi maka diprioritaskan untuk diselesaikan dengan sumberdayanya sendiri. Sikap mandiri merupakan modal dasar bagi santrinya untuk sukses dalam berwirausaha apabila telah selesai masa pendidikan mereka.
10. Keteladanan (Uswatun Hasanah)
Apabila telah berbaur dan menyatu dengan masyarakat, maka yang dibutuhkan adalah istiqomah dan suri teladan. Begitu bagi para siswa/santri, sikap untuk selalu istiqomah
berpegang teguh dengan aturan Allah, dan mengaplikasikan dalam
perbuatan sehari-hari akan memberikan citra positif di masyarakat.
Keteladan
ini perlu ditanamkan pada para santri, karena mereka adalah unsur dari
masyarakat yang notabene memiliki pemahaman Islam yang cukup, dan telah
dididik untuk menjadi uswah bagi masyarakat.
11. Kebersihan, Kerapihan, dan Keindahan
Siswa/santri sejak
dini harus diberikan kesadaran dan pemahaman tentang kewajiban untuk
memelihara kebersihan, menjaga kerapihan, dan mengatur lingkungannya
agar selalu indah. Karena dengan demikian maka ia
akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. di satu sisi, mendapat berkah
sehat disisi lain, dan mendapat simpati masyarakat karena kebersihan dan
kerapihannya.
12. Kedisiplinan
Salah
satu kunci keberhasilan Rasul dan para sahabat dalam membangun
masyarakat Madinah adalah kedisiplinan Rasul mendidik para shahabat.
Rasul memberikan suri tauladan dengan contoh akhlak-akhlak mulia berupa
menepati janji, jujur dan tepat waktu. Untuk itu
santri/siswa sejak awal dididik untuk memiliki sifat disiplin yang
tinggi, tepat waktu dan selalu berpegang teguh pada akad yang dibuat.
Kedisiplinan akan membawa santri/siswa pada pekerjaan dan hasil yang
optimal. Secara manajerial dipahami bahwa kedisiplinan merupakan awal dari suatu keberhasilan.
13. Inovatif dan Kreatif
Inovatif adalah suatu suatu daya upaya yang dilakukan untuk menemukan hal-hal baru yang sebelumnya belum ada. Sedangkan
kreatif adalah suatu upaya untuk mengembangkan sesuatu yang sudah ada
menjadi sesuatu yang lain yang lebih baik. Sikap inovatif dan kreatif
juga ditanamkan pada santri/siswa sejak dini, agar para santri/siswa
mampu menciptakan karya baru, serta mampu mengembangkan teknologi yang
ada agar memilki nilai yang lebih dari nilai sebelumnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
artikelnya bagus silahkan mampir juga di url saya darul madinah
www.darulmadinah.info
Posting Komentar